Anak Berkebutuhan Khusus

17.11 0 Comments



Anak Berkebutuhan Khusus
 Mengenal sedikit tentang karakteristik anak berkebutuhan khusus, Menurut Heward,Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketida kmampuan mental, emosi, atau fisik. Dalam artikel ini penulis akan sedikit menggambarkan tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus, yang harus kita ketahui karena kita adalah orang yang hidup dalam koloni yang berbeda karakter kelebihan maupun kekuarangannya. Mengelan tentang karakteristik tentang ABK akan menjadikan anda semakin bersyukur dalam hidup ini. Anak berkebutuhan khusus terbagi menjadi ABK Fisik, ABK sosial dan ABK kognitif.
Anak-anak  berkelainan  fisik  terdiri  dari  tunanetra, tunarungu dan tunadaksa, adapun karakteristik kelainan fisik meliputi:
1.   Tunanetra
Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
Kemampuan  akademik,  tidak  berbeda  dengan  anak  normal  pada umumnya.
Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
Sosial-emosional, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu dapat bicara tetapi tidak tahu nyatanya.
2.   Tunarungu                                        
Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak
Kemampuan  akademik,  tidak  berbeda  dengan  keadaan  anak-anak normal pada umumnya.
Motorik, sering anak tunarungu kurang memiliki keseimbangan motorik dengan baik.
Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang berlebihan, mudah tersinggung.
3.   Tunadaksa
Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik, maupun motorik.
Kemampuan akademik, untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan untuk tunadaksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan keterbelakangan mental.
Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami gangguan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.
Sosial-emosional, anak tunadaksa memiliki kecenderungan rasa rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain. 
 
    Tunagrahita  adalah  seseorang  yang  memiliki  kapasitas  intelektual  (IQ)  di bawah 70 yang disertai dengan ketidak mampuan dalam penyesiuaian diri dengan lingkungan sehingga memiliki berbagai permasalahan sosial, untuk itu diperlukan layanan dan perlakuan pendidikan khusus. Tunagrahita dapat dilihat dari berbagai disiplin ilmu sehingga terdapat berbagai istilah kalsifikasi dan karakteristiknya, menurut psikologi tunagrahita dibagi menjadi mild, moderate, severe, dan profound. Sedang kedokteran membagi menjadi debil, imbesil   dan idiot,   serta dalam pendidikan dapat di kelompokkan menjadi mampu didik, mampu latih dan perlu rawat.   Karakteristik berdasar klasifikasi klinik atau adanya ciri fisik yang khas meliputi  Down’s  syndrome,  kritin,  macro  cephalus  (hidro  cephalus),  dan  Mickr cephalus.  Pada  dasarnya  anak  tunagrahita  memiliki  karakteristik  yang  relatif homogin berdasar klasifikasinya. Adapun karakteristik tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1.    Tingkat ringan, memiliki kemampuan paling tinggi setraf dengan anak kelas  5 SD, mampu di ajar memca, menulis dan berhitung sederhana. Dalam sosialisasi   masih mampu mnyesuaikan diri dengan lingkungan sosial secara terbatas.
2.    Tingkat sedang, memiliki kemampuan akademik maksimal setaraf dengan anak kelas 2 SD, biasanya sering disertai gangguan motorik dan komunikasi sehingga sangat  sulit  untuk  menyesuaikan  diri  dengan  lingkungan,  aktifitas  sosialnya hanya sebatas untuk memelihara diri sendiri.
3.    Tingkat berat, anak ini tidak mampu dididik maupun dilatih, kemampuannya paling tinggi setaraf anak pra-sekolah, sepanjang hidupnya anak ini bergantung pada orang lain.

Karakteristik anak tunalaras secara umum menunjukkan adanya gangguan perilaku, seperti suka menyerang (agresive), gagngguan perhatian dan hiperaktive. Secara akademik  anak  tunalaras  sering  ditemui  tidak  naik  kelas  hal  ini  dikarenakan gangguan perilakunya bukan karena kapasitasv intelektualnya. Karakteristik emosi- sosial anak tunalaras suka melanggar norma baik yang berlaku di institusi seperti sekolah maupun masyarakat sehingga anak ini sering disebut dengan anak maladjusted. Tunalaras sering menunjukkan kepribadian yang tidak matang (immature) dan menunjukkan adanya kecemasan (anxietas).

Berbakat merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya anak berkelainan mental tinggi yaitu di atas rata-rata anak normal. Adapun karakteristik atau ciri yang menonjol pada anak berbakat meliputi:
1.             Karakteristik Intelektual, cepat dalam belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif tinggi.
2.             Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership) terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa serta mampu mengontrol emosi.
3.             Karakteristik  Fisik-kesehatan,  berpenampilan  menarik,  memiliki  daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit, dapat memelihara penampilan fisik yang bersih dan rapi. Berkesulitan belajar merupakan istilah generik, sehingga mengandung berbagai bentuk kesulitan di segala bidang. Kesulitan belajar spesifik dikenal dengan istilah disfungsi minimal otak (DMO) oleh dunia kedokteran. Berkesulitan belajar spesifik pada dasarnya dapat dipaham dengan empat demensi yaitu:
   Kesenjangan antara kapasitas intelektual dan prestasi belajar
   Adanya disfungsi minimal otak
   Adanya gangguan pada proses psikologi dasar
   Adanya  kesulitan pada pencapaian prestasi belajar akademik
Kesulitan belajar dapat dibagi menjadi kesulitan belajar perkembangan bagi anak pra-sekolah dan kesulitan belajar akademik bagi anak usia sekolah. Sedangkan karakteristik spesifik dapat ditunjukkan sesuai dengan sebutan atau gejala yang muncul yaitu: disleksia, disgraphia, dispraksia, diskalkulia, disphasia, body awarness, Dsb. Anak berkesulitan belajar spesifik memiliki karakteristik yang unik setiap anak memiliki karakteristik yang ber beda-beda (heterogen) sehingga untuk penangananya setiap anak akan berbeda sesuai dengan hasil diagnosisnya. Untuk itu penanganan anak tidak ada di sekolah khusus tetapi di sekolah umum dengan kelas remidial.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: